Pages

Senin, 18 April 2011

Kawanku di Gerbang surga

Sa'at malam menghembuskan anginnya
Kau pergi tinggalkan yang tercinta
Tanpa permisi kau pergi begitu saja
Egomu sa'at tertidur buatku sangat murka

                               Kawan...
Kau tak membalas salamku untuk keselamatanmu
Terus memejamkan matamu di pembaringan kayu
Tak hiraukan lagi sahabat pembuat onar seperti aku
Mengapa tak marah sekuat hatimu kepada ku

Sudahlah kawan...
Aku tahu aku salah padamu
Aku mengerti kini yang kau rasakan kawan
Tapi kini ku tak bisa berbuat apa-apa untukmu
Dan ku yakin kau sungguh sangat memahaminya

Yaa kawanku...
Kau selalu memahami siapa diriku
Kau adalah yang terbaik yang pernah ku miliki
Kau selalu ada untukku dalam apapun situasimu
Bahkan tak seganku beri padamu pundakku ini

Jika kau mau akan ku beri pundak-punadak yang lain
Yang mungkin lebih kau butuhkan daripada aku
Oooh.. kawan...
Aku tahu aku lambat menanggapimu

Kini kau telah maninggalkan aku untuk melangkah lebih ke depan
Dan aku coba untuk sadar bahwa aku telah tertinggal satu langkah darimu
Kau tegaskan isyaratmu sa'at terakhir kita bertemu beradu fikiran
Serta di tandainya sepasang tugu mini bertuliskan namamu dan kejayaanmu

Kawan...
Dengan do'a ku yang ku yakin akan terkabulkan ini
Akan membuat mu lebih mudah untuk melangkah
Dan aku tahu kau kan menungguku di tiap hari dan hari
Perjuanganmu adalah senjata kami untuk terus melangkah

Kawan...
Aku akan menemuimu di gerbang surga tuhan...
dengan berita kemenangan untukmu
Sekarang ikutlah Sang pemberi jalan
Dia lah penuntun terbaikmu dan kelak juga aku

Jumat, 15 April 2011

Penghujung percintaan

Kedukaan tiap manusia akan sangat menyakitkan
Jika seoarang kekasih pergi dan berpaling
Tak menghiraukan semua usaha dan perjuangan
Atau malah meneriakan ancaman tentang perang

Malam terasa di goncang badai
Paginya bagaikan di hembus angin topan
Siangnya api menantang membakar hati
Hingga senjapun seakan di pemakaman

Sesaat sebelum cinta itu akan pergi untuk selamanya
Isyaratnya mengusik hati yang dulunya terlampau damai
Mengacak-acak kebebasan jiwa yang terus terjaga
Seolah kedamaian teramat jauh untuk dicapai kembali

Samapailah saat penderitaan memperhitungkan semua
Apa yang pernah di dapat kini hanya tinggal cerita
Dan akan hilang dalam penderitaan yang mencela
Hingga terbukti iman siapa yang paling perkasa

Ibliskah...? atau Malaikatkah...?