Pages

Jumat, 15 Maret 2013

Peristiwa


Empat tahun lamanya bersama
Memadu kisah penuh kasih
Suka berkawan duka slalu ada
Menghadapi rintangan yang lebih fasih

Jalanan Telford menyaksikan segalanya
Peristiwa tak terlupakan membentur tiap ingatan
Saat awal merupakan pertemuan penuh bahagia
Kelak duka menjadi mimpi buruk menakutkan

Hari itu hujan begitu derasnya, membasahi tiap gorong-gorong kota Grandnesia
Tampak sesosok wanita muda jelita, menempati kursi dalam sebuah rumah
Kota Wretched muncul dalam benaknya, memicu kenangan dan kerinduannya
Kepada kekasih yang terlibat peperangan, menentang kemurkaan penuh amarah

Menangkis anak panah yang memfitnah, dengan tangan kiri patah penuh darah
Mencoba menahan tebasan pedang yang menghina, dengan tangan kanan terbelenggu
Memalingkan muka sama saja menyerah, akan kehilangan bila salah melangkah
Seribu langkah bukan keputusan terbaik, pekerjaan bodoh jika hanya diam dan menunggu

Seorang wanita menyaksikan segalanya, dengan bola mata terindah yang pernah di ciptakan
Terpatri dalam ingatan melalui mata indah itu, menghujam diri sendiri jika mengalaminya
Tak seorang pun mampu membayangkan, beban apa yang di hadapi sang wanita jalita
Pria idaman yang paling ia cintai, harus tergeletak tak berdaya dengan tubuh tak sempurna

Kata terakhir yang terucap dari mulut pria ini, menjadi cambuk lunak yang mengikat leher lembutnya
Seolah-olah dia akan hidup selamanya, dan meyakinkan kepada sang wanita untuk tetap di pelukannya
Ribuan kali ucapan yang sama terdengar makin samar, berjajnji akan datang melengkungkan cincinnya
Sang wanita jelita pun percaya akan kebongan ini, bagai orang bodoh yang tak pernah tahu apa-apa

Sesaat tak terdengar kata-kata apapun, tak ada detak jantung yang terasa dalam pelukan hangat itu
Sekitar tubuh penuh darah-darah menggumpal, peluhan pasang mata ke tempat itu silih berganti
Dengan sangat terpaksa wanita ini pun tersadar, bahwa tak ada lagi yang akan menyayanginya lagi
Tak ada lagi yang akan memikirkan cantiknya lagi, tak kan ada yang melengkungkan cincin di jarinya

Petugas keamanan silih berganti menyelidiki
Peristiwa perampokan yang tak terlupakan selamanya
Dan tanpa pelaku-pelaku yang terhakimi
Dan tidak pernah akan tertuntaskan tanpa imbalan harta

Kini Separuh nyawanya pergi selama-lamanya
Meninggalkan jelita alami yang selalu terjaga
Dan hingga kini jelitanya masih menunggu kedatangannya
Menunggu cintanya di tempatnya hingga akhir hayatnya

Sabtu, 25 Juni 2011

KAKI PANDORA


Tiap hari adalah waktu.
Waktu akan selalu meninggalkan.
Yang di tinggalkan harus mengenang.
Yang terlupakan akan tetap mengingat.

Tak ada yang mampu membuka kotak Pandora.
Selama hati ini semakin terkunci rapat.
Tak ada yang bisa terbuka dengan selamat.
Kecuali keajaiban bagi sepotong nyawa.

Apapun yang telah terbaca mengubah tipu daya.
Hanya membingungkan bagi mereka yang membaca.
Mungkin jawabnya hanya ada pada penafsir.
Atau pengarang syair yang mustahil untuk hadir.

Setan yang menjelma menyerupai iblis.
Mengoyak tiap kotak Pandora insan.
Mengisinya dengan minyak kedengkian.
Dan siap membakar tanpa perasaan.

Di mana cinta yang sering di agung-agungkan.
Yang di sebut sebagai juru selamat tiap zaman.
Yang selalu mebuat manusia mejadi penguasa.
Menguasai kaki penopang Pandora yang membara.

Kini tak ada lagi cinta sempurna di dunia ini.
Cinta itu kini telah menghilang selamanya.
Berjalanlah kaki-kaki manusia dengan arahnya sendiri.
Namun apa yang pernah di berikan oleh cinta.
Tak akan pernah lenyap dalam benak tiap-tiap diri.
Dan cinta itu kini menunggu kaki-kaki itu menyapa.















Senin, 18 April 2011

Kawanku di Gerbang surga

Sa'at malam menghembuskan anginnya
Kau pergi tinggalkan yang tercinta
Tanpa permisi kau pergi begitu saja
Egomu sa'at tertidur buatku sangat murka

                               Kawan...
Kau tak membalas salamku untuk keselamatanmu
Terus memejamkan matamu di pembaringan kayu
Tak hiraukan lagi sahabat pembuat onar seperti aku
Mengapa tak marah sekuat hatimu kepada ku

Sudahlah kawan...
Aku tahu aku salah padamu
Aku mengerti kini yang kau rasakan kawan
Tapi kini ku tak bisa berbuat apa-apa untukmu
Dan ku yakin kau sungguh sangat memahaminya

Yaa kawanku...
Kau selalu memahami siapa diriku
Kau adalah yang terbaik yang pernah ku miliki
Kau selalu ada untukku dalam apapun situasimu
Bahkan tak seganku beri padamu pundakku ini

Jika kau mau akan ku beri pundak-punadak yang lain
Yang mungkin lebih kau butuhkan daripada aku
Oooh.. kawan...
Aku tahu aku lambat menanggapimu

Kini kau telah maninggalkan aku untuk melangkah lebih ke depan
Dan aku coba untuk sadar bahwa aku telah tertinggal satu langkah darimu
Kau tegaskan isyaratmu sa'at terakhir kita bertemu beradu fikiran
Serta di tandainya sepasang tugu mini bertuliskan namamu dan kejayaanmu

Kawan...
Dengan do'a ku yang ku yakin akan terkabulkan ini
Akan membuat mu lebih mudah untuk melangkah
Dan aku tahu kau kan menungguku di tiap hari dan hari
Perjuanganmu adalah senjata kami untuk terus melangkah

Kawan...
Aku akan menemuimu di gerbang surga tuhan...
dengan berita kemenangan untukmu
Sekarang ikutlah Sang pemberi jalan
Dia lah penuntun terbaikmu dan kelak juga aku

Jumat, 15 April 2011

Penghujung percintaan

Kedukaan tiap manusia akan sangat menyakitkan
Jika seoarang kekasih pergi dan berpaling
Tak menghiraukan semua usaha dan perjuangan
Atau malah meneriakan ancaman tentang perang

Malam terasa di goncang badai
Paginya bagaikan di hembus angin topan
Siangnya api menantang membakar hati
Hingga senjapun seakan di pemakaman

Sesaat sebelum cinta itu akan pergi untuk selamanya
Isyaratnya mengusik hati yang dulunya terlampau damai
Mengacak-acak kebebasan jiwa yang terus terjaga
Seolah kedamaian teramat jauh untuk dicapai kembali

Samapailah saat penderitaan memperhitungkan semua
Apa yang pernah di dapat kini hanya tinggal cerita
Dan akan hilang dalam penderitaan yang mencela
Hingga terbukti iman siapa yang paling perkasa

Ibliskah...? atau Malaikatkah...?

Selasa, 29 Maret 2011

Satu peti

Tiap apapun yang pernah terucapkan lisan
Pikiranpun akan semakin menekan
kesadarn dalam diri molai menghilang
Cobaan menantang kian mengerikan

Pembunuh hati telah hadir diantara manusia
Kerusakan samar kini molai menyata
dan ketakutan akan hina merajalela
Siapa kini yang berkuasa...???

Tak seorangpun mampu mengangkat paras
Tak seorangpun mengangkat muka ke atas
Apalagi mengerjakan amal dengan iklas
Menunduk menerus sejajar laras

Api bergejolak diantara kepala dan kepanikan
Yang salah maupun benar molai tampak
Yang salah terlihat penuh tekat melonjak
Sebaliknya ketakutan tak terbendung pada yang lainnya

Selesaikah nasip manusia dan seluruh masa depannya
Atau di molaikah asas baru dengan etika yang terbalik
Menyatulah danging-daging dengan besi yang menyala
Meledaklah kebaikan dengan dasar santun berakhlaq

Awalnya tak kan bisa di tejemahkan
Dikonversikan menurut tatanan
Ataupun di benarkan dalam konspirasi
Dan semuanya berakhir dalam satu peti

entah mengapa,,

sejenakku coba diam tuk meresapi,
kucoba tenang dan memahami
apa yang menjadi sumber dari rasa ini,,,
rasanya jauh,, jauh dan dalam
rasa itu kecil,indah namun semakin menyesakkan
rasa yang berawal dari ketidaksengajaan

baru kali ini aq menemukan,
tlah ku coba menggalinya tuk ku bawa ke permukaan
berharap akan berubah dan melegakan
eh tapi kayaknya malah menjadi bumerang,,, hahaha
terdengar dia berbisik sambil menertawakanku "terlalu cepat semua hihihi"

apakah yang dia katakan itu benar,
apakah aku salah,,
membiarkan rasa itu tumbuh,
rasa yang setelah sekian lama ku temukan kembali
yang kembali mengajarkanku suatu arti.

sampai kapan ku harus bertahan,
tapi ku tak boleh kalah, ku harus menang
ku harus kuat dan berharap rasa yang menyesakkan itu berubah
menyenangkan dan tak menertawakanku lagi.

Kamis, 13 Januari 2011

Sa'at paling mencekam

Indah di antara gugusan pesona dunia
Menyambut dunia baru yang lahir nyaris serupa
Menghancurkan seluruh isi-isi yang lama
Demi terwujudnya sebuah tatanan serupa

Ketidak fahaman menjadi hal yang tak ditakuti
Karena kemampuan menterjemahkan sebuah arti
Melahirkan pencetusan tersembunyi subuah teori
Meninggalkan impian untuk lari dari diri sendiri

Pengetahuan akan kembalinya waktu yang berlalu
Membuat pukulan tanda tanya menjadi membiru
Hingga kebenaran semakin bergegas berlabu
Mencoba menghindar dari banyaknya pemburu

Hari berlalu di iringi alunan jarum yang berputar
Menunggu saat meredupnya maha bersinar
Atau mebalikkan apa yang semestinya berpijar
Hingga alam ini pun menuntut untuk berpencar

Peradaban selalu berganti dengan kejam
Tiap jiwa yang menyaksikan selalu mencekam
Tak peduli dengan ucapan ataupun hanya diam
Seluruh tanah disulapnya menjadi makam

Siapakah makhluk yang mampu berahan
Tak satupun mampu menelan keangkuhaan
Hanya ada tangis yang tertimbun ketakutan
Seluruhnya atas kehendak dari satu tuhan